Perwujudan Hijrah Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Perwujudan Hijrah Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. dalam pembahasan Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 21 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 29 November 2018 M.
Status Program Kajian Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah
Status program kajian kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Kamis pagi, pukul 07:00 - 08:00 WIB.
Download juga kajian sebelumnya: Sebab-Sebab Yang Menyempurnakan Hijrah
Kajian Islam Ilmiah Tentang Perwujudan Hijrah Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah
Hijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan salah satu kewajiban penting seorang muslim dalam agamanya. Kita saat ini sedang membahas tentang makna firman Allah subhanahu wa taala dalam Al-Qur’an yang menyebutkan batasan keimanan yang benar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sikap seorang muslim ketika mengembalikan segala urusannya kepada hukum yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi kita yang mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pertemuan kita yang lalu masih dalam penjelasan bahwa hijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu harus benar-benar ada wujudnya didalam hati, ketundukan ketika Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’[4]: 65)
Disini, berarti hijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertahkim kepada petunjuk beliau, menyerahkan hukum atau mengembalikan permasalahan perbedaan pendapat kepada hukum yang beliau tentukan. Ini bukanlah sekedar pengakuan saja. Makanya diakhir penjelasan kemarin, Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala menyebutkan bahwa pembahasan ini adalah pembahasan yang tidak bisa diungkapkan dengan makna atau dengan kata-kata saja. Karena ini adalah perkara yang telah masuk ke dalam hati manusia, tidak hanya cukup dengan angan-angan atau pengakuan-pengakuan semata.
Kata Ibnul Qayyim selanjutnya, sangat berbeda antara pengetahuan tentang cinta dan keadaan cinta itu sendiri. Seringnya hal ini tidak dipahami dengan benar atau tercampur pemahamannya pada diri seorang hamba tentang sesuatu dengan keadaan sesuatu itu dan keberadaannya.
Maksudnya begini, kadang-kadang orang mengetahui sesuatu, tetapi apakah sesuatu itu benar-benar ada pada dirinya? Belum tentu dia mengetahui sesuatu itu benar-benar ada pada dirinya. Bisa jadi hanya sekedar pengetahuan saja.
Contoh orang yang mengetahui tentang kewajiban mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kewajiban tunduk, dia betul-betul mengetahui bahkan menguasai dalilnya, tapi apakah ketika datang hukum atau permasalahan yang dihadapi dia kembalikan kepada hukum Allah dan RasulNya? Ini permasalahannya. Berbeda antara pengetahuan dengan keberadaan sesuatu itu benar-benar ada wujudnya pada diri kita.
Contohnya adalah perbedaan antara orang yang sedang jatuh sakit, padahal dia mengetahui tentang pentingnya kesehatan, tentang keseimbangan tubuh dalam kondisi dia sedang tertimpa sakit. Dengan seseorang yang benar-benar tubuhnya sehat, tidak ada gangguan pada dirinya, padahal dia mungkin tidak bisa menjelaskan apa itu makna kesehatan.
Orang yang pertama, dia tahu kesehatan, dia bisa rinci pentingnya menjaga kesehatan, menjaga kondisi tubuh, tapi dia sendiri sedang sakit. Berarti dia tidak bisa mempraktikkannya. Sementara ada orang yang kedua, dia dalam kondisi tubuhnya sehat, terjaga, meskipun ketika diterangkan apa makna sehat mungkin dia tidak bisa mengungkapkan dengan penjelasan yang baik. Ini yang beliau ingin tekankan. Kadang-kadang orang mengaku belum tentu dia mengamalkannya. Atau orang yang mengetahui rincian pengetahuan hal itu belum tentu ada wujudnya pada dirinya.
Demikian pula perbedaan antara pengetahuan, penjelasan tentang rasa takut dengan keberadaan dan wujudnya rasa takut itu pada diri seseorang. Makanya masalah ini tentu saja kembali kepada masalah ilmu yang bermanfaat. Kalau kita benar-benar memiliki ilmu yang bermanfaat, maka kita akan fahami dan juga akan benar-benar kita praktekkan. Sesuatu yang kita ucapkan dengan lisan benar-benar ada wujudnya pada diri kita. Ini adalah ciri-ciri ilmu yang bermanfaat. Semakin bertambah pengetahuan seseorang tentang Allah, tentang agamanya, tentang petunjukNya, maka juga akan semakin menumbuhkan rasa takut didalam hatinya, rasa pengharapan, cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala didalam hati hamba tersebut.
Coba renungkan, bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menekankan tentang masalah kewajiban untuk kembali kepada hukum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah subhanahu wa ta’ala menguatkannya karena ingin menjelaskan makna yang disebutkan di ayat ini dalam berbagai macam bentuk penekanan.
Simak penjelasannya pada menit ke – 8:42
Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Perwujudan Hijrah Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46396-perwujudan-hijrah-kepada-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/